Minggu, 17 Maret 2013

Bersama Komisi II DPRD Padang panjang Ke Jawa Barat


 Susu Mudah menyerap Bau

 Perahlah   Di Ruang tertutup




        Dua objek   kunjungan Komisi II DPRD Padang panjang   ke UPTD BPPT sapi Perah Cikole Dinas Peternakan Provinsi jawa barat dan Koperasi Peternak Susu Bandung Utara ( KPSBU),  sebenarnya diluar skedul. Namun karena  disegi ekonomi kerakyatan, susu   akan dijadikan salah satu  ikon oleh kota Serambi Mekkah,  Chandra kepala Dinas Pettanian kota Padang Panjang mengusul agar  rombongan   datang  menyambangi pusat pengembangan sapi perah di jalan raya Tengkuban Parahu Km 22 Lembang  Jawa Barat itu.
         Terkesan dadakan memang, namun setelah difalitasi Chandra,   anggota komisi II  terdiri Abrar ( ketua),  Suardi, Fahrudi, Erizal, Syamsir Alam,  Mesra  dan dua pegawai sekretariat DPRD Padang panjang Desmawita dan  Aliyusman diterima kepala UPTD BPPT Sapi perah Cikole Andri Arfia beserta staf. Kami sudah biasa menerima tamu hinggga BPT kadang   plesetkan sebagai  Badan Penerima Tamu, ujarnya  dengan nada canda. Di tahun 2010 saja  jumlah kunjungan mencapai 18 ribu orang.
    sesuai Perda No. 05 tahun 2002, yaitu melaksanakan  sebagian fungsi  Dinas peternakan Provinsi jawa Barat  dibidang pengembangan pembibitan ternak. Rincinya lagi, fungsi operasionalnya  pengolahan bibit  sapi perah dan hijauan makanan ternak,  percontohan dan uji coba,  pelatihan,magang serta sebagai sumber PAD. 
      Jadi wajar, jika lembaga ini kebanjiran tamu  dari dalam dan luar negeri seperti Jepang, Australia,  Madagaskar dan Arab.  Bahkan dengan  Japan International Coorperation Agency ( JICA)  BPPT sapi Perah Cikole  telah membentuk kerja dalam proyek peningkatan sapi perah.  Seperti juga  pelajar, mahasiswa dan pegawai di Indonesia, sebagian tamu luar negeri juga melakukan penelitian  dan observasi disini.
     Sudah menjadi tradisi, setiap tamu yang datang disuguhi susu segar bermerek hasil produksi sendiri plus makanan tradisional  seperti  kripik pisang,  keripik talas dan lainnya.  Umumnya sang tamu  ragu, jangan jangan ini susu bau  dan amis. Cuma saja, setelah mencicipi,  mereka buru buru menhabiskannya. Kayaknya nih, susu enak, gak bikin nak, ulas Adri  merangkai cerita.
   Memang benar, disini dan di KSBU yang dikunjungi belakangan, susunya lebih terasa  segar dan  pas  dilidah. Kuncinya,  selain  sapinya harus sehat,  peralatan yang digunakan dan  petugasnyapun harus steril.   Tangan dan peralatan dicuci dengan air saja tak cukup, tapi harus dengan dis infektan.
      Idealnya,  pemerasan susu yang dilakukan secara manual minimal harus pakai  penutup mulut dan sarung tangan.  Tujuannya agar susu tidak terkontaminasi dengan   korotan yang mungkin melekat ditangan, atau dari pernafasan  petugas. Tapi jika dilakukan dengan mesin khusus selain 3 kali lebih cepat,  itu  kwalitas susu akan semakin baik.  1 unit mesin perah susu   biasanya  mencapai Rp. 28 juta.
    Disamping itu pemerahan jangan dilakukan  diruang terbuka atau di dekat kandang, sebab  sifat susu mudah  meneyerap bau. Interval waktu  setelah diperah hingga ke cooling unit maksimal 2 jam,  kalau lewat dikahawatirkan  menimbulkan bahteri dan merusasak mutu susu. Untuk susu yang telah diolah,   kalau sudah  lewat 4 jam  dikeluarkan dari kemasan, sebaiknya tak usah dikosumsi lagi.
      UPTD BPPT yang berdiri tahun 1952 dengan nama  awal  taman ternak yang diprakarsai  Drh. Soejono Kosoemowardjo ( Kepala Jawatan kehewanan Priangan barat) memiliki  9,8 Ha  di Cikole, dan  53,07 Ha di Kec Jalan  Cagak.  Sebagian Areal ini juga dimamfaatkan untuk  kebun rumput  Taiwan dan hijauan lainnya dengan produksi 250 ton/ ha/ tahun.
      Tak jauh dibelakang kantor  UPTD BPPT Sapi Perah Cikole,  terdapat  areal  peternakan sapi.  Sebelum sampai dikandang sapi, kita akan melihat hamparan hijauan makanan ternak yang luas.   Ini sebagai stok pakan ternak. Dalam peningkatan gizi harus ada  makanan dengan proses vermentasi atau pengolahan.
      Pola kandang sapi  terbuat dari bambu yang dialas  sejenis karpet yang licin, sebab kalau dengan tembok sapi akan kedinginan. Lantai dimiringkan kearah sungai yang berada persis dibelakang kandang. Tujuannya, supaya  kotoran ternak mudah mengalir  ke sungai bila dilakukan penyiraman.
      Selain memberi konsentrat lansung ke kandang,  sapi  kadang diajak bermain dipadang rumput, mereka boleh makan sekenyangnya. Karena tanduknya telah dipotong  ketika masih anakkan, sapi sapi ini tampak  cantik dan ramah  dikunjungi.
      Menurut Andri, untuk sapi perah yang diharapkan berumur panjang, pemotongan tanduk  sekali seumur hidup  perlu dilakukan.  Cukup  sisakan 2  cm saja. Selain untuk keamanan   petugas dalam bekerja,  tanduk panjang dikhawatirkan mengenai  perut sapi yang sedang hamil  dan berakibat  aborsi.
      Tak hanya itu, Pemotongan kukupun hendaknya dilakukan 2 kali setahun.Bila  kuku sapi panjang, kotoran akan mudah menempel hingga kaki akan infeksi dan stres malas makan. Ujuang ujungnya sapi sakit, mati  menimbulkan kerugian besar.
    Jika ingin  tahu lebih  banyak, magang saja kesini.  Ilmu Tatalaksana pemotongan  tanduk dan kuku,  penyediaan pakan ternak ( Hijauan makanan ternak dan konsentrat, pengolahan limbah  manure ( biogas dan kompos,program donor dan transfer embirio, serta tehnik pemerahan dan laboratorium,  di UPTD BPPT Sapi perah Cikole  akan terjawab tuntas.
       Dari Padang panjang sendiri  seorang pegawai Dinas pertanian  sedang melakukan magang di  BPPT Sapi Perah Cikole yang tahun 2009 menyumbang  Rp.  1,016 Milyar  untuk  PAD nya.Cuma saja karena belum memiliki   dormitory , peserta terpaksa mencari penginapan sendiri. ( yetti harni)
     
Kiat Sukses KPSBU  hingga ber Aset Rp. 45 Milyar
Mutu Susu terjamin, Anggota diberi pinjaman  Tanpa Bunga



    Panas membakar jalan, tapi dari pelataran parkir  sebuah  bangunan  yang cukup luas di   bagian timur pasar Panorama Lembang Jawa barat,   aktifitas bongkar muat  tatap jalan. Mereka sepertinya tak hendak beristirahat  dihari yang gerah itu. 
     Sepintas bangunan  itu mirip gudang, karena  bagian depan yang  polos dengan atap yang  tinggi kaku  menjulang kelangit. Namun setelah dimasuki rombongan komisi II DPRD Padang panjang,  ternyata   separuh    bangunan gedung Koperasi Peternak Susu Bandung Utara( KPSB) itu terdiri dua lantai. Cat dinding coklat muda   terlihat begitu padu dengan perabotan  mewah  warna senada.
       Sungguh terbalik dengan pelataran parkirdi arael kanan KPSBU, dimana  puluhan truk cold diesel, motor dan pick up  bermuatan tanki tanki anti karat  merana tersengat matahari, ruangan  500 meter persegi itu terasa adem karena  dilengkapi AC.  Salam dan Senyum ramah   pegawai  KSBU  yang mengantarkan rombongan ke lantai dua, seakan melebur  capek dan gerahnya perjalanan sepanjang siang  Rabu ( 30/ 3 11) itu.
       Dari lantai dua Pemandangan  lepas  keruangan lantai bawah,dari sana tampak  begitu tertatanya loket loket pembayaran plus dengan ruang tunggu yang representatif. Jarang loh, ada koperasi seperti bank, ungkap  salah seorang anggota rombongan.
    Di sebuah ruangan lantai dua, dimana rombongan diminta menunggu,   sertifikat dan  plakat yang terpajang rapih disebuah lemari besar  tak pelak menjadi objek  sasaran kamera. Ada juga  sertifikat  dari lembaga luar negeri, serta sertifikat jaminan mutu susu dari   Institut Pertanian ( IPB) Bogor.
        Hanya sekitar lima menit saja  Toto Abidin,unsur pimpinan  KSBU yang beranggotakan  6900  muncul dari balik pintu. Pria berkepala plontos  berkulit putih ini lantas bercerita ihwal berdirnya KPSBU.
Sejak lama warga sekitar  telah mempunyai ternak sapi perah, namun karena pemasaran yang kurang jelas tak jarang  harga susu yang diproduksi  600 liter/ hari dipermainkan spekulan, kadang mahal kadang murah.
       Untuk menstabilkan harga,  tahun 1971 dibentuklah koperasi peternak sapi perah  dengan 350 anggota.   Seiring  berjalannya waktu, koperasi terus berkembang  menjadi  6900 orang anggota aktif dan non aktif. Tapi yang aktif   berternak atau   aktif melakukan penyetoran susu hanya 5000 orang saja.
      Total  produksi susu kini    140  ribu liter/ hari. Susu sebanyak itu   hanya 500 liter saja yang diolah  menjadi yoghurt dan susu pasteurisasi kemasan cup bermerek, ditambah dengan jual langsung botolan dan eceran paling hanya  laku  hingga 10  % saja. Sisanya dijual ke  Industri Pengelola Susu ( IPS),  seperti  Danon, Frishian Flag dan lainnya seharga Rp.3.650/ liter.
      Kepada  peternak, KPSBU  dengan  260 karyawan ini membeli susu seharga Rp. 2900- Rp.3050/ liter. Harga tergantung mutu susu. Semakin tinggi kwalitas susu semakin tinggi pula harga beli. Mutu ditentukan setelah  uji labor. Setidaknya ada 700 sampel untuk uji kelayakan. Salah satunya adalah penghitungan bahteri. Jika   susu  terbukti  mengandung  antibiotik,  susunya akan ditolak. Namun tambah Toto, sejauh ini   belum ada susu yang ditolak, anggota pada patuh semua.
      Selain    persusuan yang memberi 75 %   masukan bagi   KPSBU, juga dibuka  unit usaha simpan pinjam,dan waserda. Agar waserda diburu, pelayanan diantar sampai ke rumah dengan harga yang sama.  Demi kesejahteraan anggota, diberikan pinjaman  maksimal Rp. 5 juta tanpa  anggunan dan bunga. Loh kok bisa ?  Lah, yang dipinjamkan itu uangnya  anggota  toh ? kenapa harus pakai bunga, timpal sang bendahara KPSBU ini.
     Diyakini Toto, Koperasi peternak Susu Bandung Utara  dengan populasi  sapi 2000 ekor/ tahun berkembang karena  anggota merasa memiliki dan merasa sejahtera.  Kebijakan pengurus  pro peternak lainnya seperti  memberi  penyuluhan  dan inseminasi  serta layanan kesehatan  bagi sapi yang sakit secara Cuma cuma.
     Selain itu, hijauan dan makanan  berupa konsentrat yang diolah  KPSBU dijual  kepada peternak dengan harga  Rp. 1500/ kilo. Harga ini relatif murah, sebab konsentrat  mengandung 12 % protein campucaran  ubi kayu dan ampas tahu   umumnya dijual diatas Rp. 1500/ kg.
     Nah, ngomong ngomong soal pengurus nih, KPSBU   terdiri 3 pengurus harian, ketua, sekretaris dan bendahara, ditambah 3 penangungjawab. Selebihnya  merupakan pegawai lapangan hingga kantoran.  Dalam pemilihan Pengurus harian diajukan satu paket seperti pemilihan presiden. Bedanya,  paket  presiden maju bersama wakil, sementara  satu paket pengurus harian KPSBU terdiri  ketua, sekretaris dan bendahara.
     Dengan begitu, pengurus bekerja kompak tak ada yang main sikut belakang. Sebab kesalahan seorang akan menjadi tanggung jawab bersama.   KPSBU yang memiliki   aset Rp. 45 milyar, termasuk 15 truk tranfer  dilengkapi cooling unit,23 belasan pick up sebagai sarana antar jemput dari penampungan sementara ke labor,kini memiliki Sisa Hasill Usaha ( SHU)  2010  Rp. 1,3 Milyar,  sesuai misinya,   terus Menjadi koperasi susu terdepan di Indonesia dalam menyejahterakan Anggota. ( Yetti harni)

Retribusi Sampah dan parkir Dongkrak PAD

Bersama Komisi II DPRD Padang Panjang Ke Jawa Barat  ( 1)

 Retribusi Sampah dan parkir Dongkrak PAD,
 Perikanan Air Tawar Nihil

 

Komisi II DPRD Kota Padang panjang   yang membidangan ekonomi, keungan dan pariwisata 28 Maret – 2 April 2011 lalu melakukan  kunjungan kerja ke baberapa daerah di Jawa   Barat. Rombongan  terdiri  Abrar  S.Ag, (ketua komisi),   Suardi, Fahrudi, Erizal, SH, Mesra, Syamsir. A,  Kadis Pertanian Ir. Chandra,   Darlisman,Desmawita,  dari sekretariat DPRD. Berikut laporan wartawan PUBLIK  yetti Harni  yang ikut  dalam perjalanan itu. ( Redaksi)

      Laju kendaraan yang  lambat, macet  plus air conditioner ( AC) yang kurang maksiamal ,membuat  perjalanan Bandung _  Kabupaten Subang terasa  melelahkan.  Kalaupun ada  guyon segar dari anggota rombongan sepertinya tak mampu membujuk perasaan gerah.
        Jujur, tak ada yang istimewa sepanjang perjalanan. Ruas jalan yang kaku,  dinding dinding   rumah penduduk yang dijadikan sebagai media promosi  kartu  seluler  dan produk lain, yang  mengundang  candaan. Maklum  warna dinding rumah/ toko  yang beragam    biru, merah kuning hijau, dianalogikan sebagai warna lambang partai.
      Dua bangunan lumayan megah akhirnya ditemukan. Satunya kantor DPRD,  persis disebelah kirinya  berdiri  kokoh  kantor Bupati Subang. Hitung hitung soal kerapian,  kantor DPRD  terlihat lebih menarik, karena dipagari  tumbuhan jenis bonsai. Beda dengan kantor Bupatinya  terlihat  gersang dan tidak diberi pagar hingga lebih memberi kesan  seperti  “: Medan nan bapaneh” begitu lepasnya.
        Walau  objek kungjunganke DPRD Subang, namun wajah kantor Bupatinya, terasa  lebih   menarik  perhatian, maklum sehari menjelang kunjungan anggota komisi II DPRD Padang panjang kesana, Bupatinya Eep  Hidayat baru saja dicokok  pihak berwajib karena dugaan korupsi dana upah pungut sebesar  Rp. 3,2 Milyar.   Dihati terbetik  tanda tanya, apakah  para pegawai yang  mengelompok  seperti kurva kurva di depan kantor Bupati  Subang sedang  memperbincangkan kepala daerahnya ? Entahlah.
        Informasi  perekonomian, pertanian, perikanan, pariwisata, dan peraturan daerah ( Perda) inisiatif   terus dikorek  dari Encep Sujana komiisi III dan Rohmani, angggota DPRD dari Fraksi  PDIP. Dari ruang  berukuran  sekitar 4 x 8 meter  terungkap, Pendapatan Asli  Daerah ( PAD) Kabupoaten Subang  2010, Rp.  84 Milyar. Kontribusi terbesar  dari    sektor  wisata  . Untuk  satu objek pemandian air panas Ciater   saja kontribusi terhadap PAD Rp. 8 Milyar.
      Lahan  Ciater merupakan  milik  Pemda Subang, tapi dikelola oleh swasta. Sistemnya dengan bagi hasil  laba perusahaan.  Baik hotel dan tiket masuk  dihitung  sebagai laba perusahaan. Dari sini Pemda hanya kebagian Rp. 500 juta/ tahun. 
     Tapi dari retribusi sampah dan parkir yang dihitung belakangan, kontribusi Ciater untuk PAD naik menjadi Rp. 8 Milyar.  Baik resribusi sampah, maupun  pengelolaan perparkiran tentunya   tertuang dalam Memorandum of undurstanding.( MoU) antara Pemda Subang dengan  pihak pengelola. Cuma saja tak diuraikan,  apakah  Pemda  hanya sebagai pemilik lahan, terus dibangun oleh  investor, seperti Mifan di Padang Panjang. Atau,    lahan  dan bangunan  merupakan milik Pemda, kemudian  pengelolaan diserahkan ke swasta ?
      Primadona PAD  lainnya  perikanan  laut. Dari 2 koperasi  TPI( Tempat pelelangan Ikan)  Fajar Sidik dan  Mina bahari saja, tahun  2010  menyumbang Rp. 2, 5 Milyar. Beda dengan perikanan darat  yang menjadi salah satu objek studi banding komisi II  DPRD Padang panjang, nyaris tak masuk  hitungan disini. Karena presentasenya secuil saja  dibanding perikanan laut, ujar  Wahyu Kasi  budi daya air tawar  UPTD perikanan setempat.
        Walau disini terdapat   551 unit kolam air deras. Satu unit terdiri 5- 50 an jalur (kolam),  perikanan air tawar belum memberi kontribusi apa apa terhadap PAD Kebupaten Subang. Sama halnya dengan  perkebunan rakyat seluas  8.951,73 hektar yang  kata Encep  berprospek andalan,  baru hanya sebagai penunjang  agro wisata. Tapi dari segi  hasil perkebunannya,  belum lagi diperhitungkan.  ( bersambung)

Subang  Lahirkan 6 Perda Inisiatif
    Dua jam  menunggu disebuah ruang pertemuan   lantai dua DPRD Subang,  dr. H. Encep Sugiana ( PKS) dan  Rohmani ( PDIP)  muncul dari balik pintu. Keterlambatan mereka bukan tanpa sebab, namun ada beberapa alasan yang membuat  sepinya   gedung rakyat, yang 15 dari 50 anggotanya berasal dari PDIP.
      Pertama,  jarak tempuh   kediaman sebagain anggota dewan jauh dari kantor DPRD.  Bahkan ada yang sampai 60, maklum tutur Encep seraya  menyampaikan maaf atas keterlambatannya. Mereka berasal dari berbagai kecamatan di Kabupaten Subang. Kemudian, adanya kunjungan kerja DPRD  Subang keluar daerah, serta  berlangsungnya mutasi   di tubuh Pemkab.  Karenanya mereka terpaksa berbaga tugas,  hingga  sedikit saja yang menyambut kunker komisi II DPRD Poadang Panjang.
     Dibanding  Subang dengan luas daerah  200 ribu km3, terdiri 30 kecamatan, 248 desa/ kelurahan, dengan  APBD Rp 1,3 Triliun dan  PAD  Rp. 84 Milyar,  Padang Panjang yang luasnya  hanya 23 Km3  berpenduduk 52 ribu jiwa,  dengan  APBD Rp. 354 Milyar dan PAD Rp. 84 Milyar,  Encep menilai  daerah yang mengunjungi lebih maju daripada daerah yang dikunjungi.
      Dibalik itu pula secara jujur diakui bahwa selama Ini ia tak mengenal Padang Panjang. Yang ia ingat tantang Sumatera barat, hanya Padang dan Bukittinggi  sebagai sorga  belanja  souvenir dan sulaman. Tapi itulah hebatnya  ketua komisi II DPRD Padang panjang Abrar, yang begitu manisnya memaparkan  keberadaan Padang panjang.Yah,  sebagai kota pendidikan Islami, pariwisata sejarah dan kuliner, hingga  meransang  ingatan Encep  pernah makan sate dari perjalanan padang- Bukittingi. Sate mak Syukur ? barang kali,  ya !
      Namun demikian, studi banding komisi II DPRD   padang panjang ke  daerah     45,15 %  wilayah pantai ini,  bukan tanpa makna. Sebab disegi Perda inisiatif, Subang telah  mengeluarkan  6 buah  Perda, sementara padang Panjang masih nihil.   Yang ada kini 17 Ranperda, 11 usulan Pemko dan 6  sebagai Ranperda inisiatif dari DPRD. Jika   6 Ranperda inisiatif  berlanjut jadi Perda, maka  ini akan menjadi tonggak sejarah  awal perda Inisiatif DPRD Kota Serambi Mekkah.
     Ke enam  Ranperda usulan inisiatif DPRD Padang panjang itu adalah, Ranperda tentang mekanisme penyusunan program legislasi daerah,  Ranperda tentang  transparansi  dan partisipasi publik, tentang sususan organisasi dan tata kerja PDAM,  pencabutan perda no 4. 2007 tentang bantuan  keungan kepada Parpol, Ranperda   tentang disiplin dan pengamanan siswa,serta  Ranperda  tentang pengelolaan TPA dan TPSA.
      Sementara Perda inisiatif   DPRD kabupaten Subang Jawa Barat2010, antara lain Perda  Pendidikan, Perda tentang BUMD,   Perda tentang pengelolaan pasar, perda tentang Miras. dIsamping  sebelumnya, ada Perda tanah timbul .
     Sejauh ini menurut Encep yang diperiode 2005-2009 dipercaya sebagai ketua DPRD  setempat, tak semua   Perda  inisitif berjalan mulus, Perda pengelolaan pasar dan toko moderan umpamanya, ini tidak jalan karena kurang didukung pemda.  Tapi Perda  tentang Miras  paling banyak diresponi, walau sebelumnya ada gejala Perda  Miras  dievaluasi, namun tetap jalan.
     Intinya, pasan Encep, dalam mengagas atau membuat Perda inisiatif sesekali jangan ada  kolaborasi dengan pihak lain.  Dari pengalamannya, untuk   melahirkan  satu Perda inisiatif  menghabiskan anggaran Rp180 juta, hendaknya kepentingan Perda tersebut harus murni dan jelas. ( yetti harni)    



    

Sebuah Renungan

                                              
    Menulis, Menulis, Menulis...!!!

Berpuluh tahun lamanya,entah berapa banyak berita, artikel, reportase  dan karya sastra berupa  puisi, Cerpen, Cerbung  serta kritik seni yang saya buat. Baik sebagai tututan tugas kuliah, maupun tuntutan redaksi, dimana saya menulis dan bertugas selama ini. Harian Umum Semangat ( Padang),Harian Umum Pelita ( Jakarta),  Tabloid  Solid, Tabloid Publik, tempat saya bekerja sekarang. Serta sebagai penulis lepas diberbagai majalah remaja.

Ingin rasanya membalik  lembaran demi lembaran  yang saya tulis tadi, tapi sebagian kecil karya yang sempat di kliping, habis dimakan rayap.  Saya seakan kehilangan jejak sejarah untuk membuktikan  pada putra putri  tercinta,Rahma Mutiara Jeyhan, Rahmi Intan Jeyhan dan Rahmat Berliano Jeyhan, betapa ibundamu  sejak dulu " hidup "dengan  hobi menulis. Merasa   berguna dengan menulis,dan merasa "terbang" dengan menulis

Itu sebabnya saya selalu nyinyir pada anak anak  " Menulis, menulis, menulis. Tulis apa yang kamu lihat ,tulis apa yang kamu dengar, dan  tulis apa yang kamu rasakan !"
Dan sayapun  berfikir, tak ingin kehilangan jejak sejarah lagi. Mencoba menyimpan apa yang saya tulis di blog ini. " Cerita" Walau  baru sepenggal,  berharap akan  menjadi motivasi bagi putra putri saya.

Sepenggal Perjalanan Malaysia- Thailand ( 2- Habis)




UUM, Universitas Megah di Tengah Hutan


     Jalanan depan hotel  Cholatarn, Hatyai, Thailand Selatan tampak hitam legam ditempa  teriknya mentari. Enaknya tiduran saja di hotel  menikmati siraman air conditioner.  Namun apa boleh buat  walau sepenggal hati hendak berlama lama di kota ke 4 terbesar  Thailand ini, setelah Bangkok, Chiangmay,dan Phuket itu, kami harus  bertolak ke Universiti Utara Malaysia (UUM) untuk menghadiri wisuda  putri saya Rahma Mutiara Jeyhan.

Itu sebabnya sebelum pukul 12.00 waktu setempat kami  keluar meninggal  hotel.  Tak ada 

takada taksi disini. Alat perhubungan umum hanya motor   
(ojek) serta tuk tuk (seperti oto cigak baruak di Sumbar). Dengan tuk tuk menuju terminal yang berjarak sekitar 3 kilo dari pusat kota dikenakan biaya  20 bath perorang (1 bath=Rp.300). Sementara dari terminal  menuju  border (perbatasan) dengan Malaysia  dipungut ongkos 50 bath/orang.

      Tak ada yang istimewa dalam perjalanan ini, panas matahari mendera di balik kaca van yang kami tumpangi. Jenuh, apalagi sepanjang jalan hampir tak ada petunjuk yang bisa kita baca, sebab  billboard, petunjuk jalan dan papan papan iklan  ditulis dengan tulisan Thailand yang sulit dimengerti. Masih untung menuju border jarak tempuh cukup pendek, hanya sekitar 1 jam.
      Beda dengan  kedatangan  sebelumnya,  Imigrasi  Sadao – wilayah Thailand  cukup sepi di siang itu, dengan dimintai uang 2 ringgit oleh petugas, passport pun ditera. Antara imigrasi Sadao, Thailand dan  imigrasi Bukit Kayu Hitam, Malaysia, merupakan wilayah  bebas cukai (duty free). Dijalan sekitar 150 meter ini, belanja apapun bebas cukai karena   wilayah itu bukan milik Malaysia dan juga bukan milik Thailand.
     Walau  bisa berjalan kaki  banyak  orang memakai jasa taksi atau ojek  dari imigrasi Sadao ke Bukit Kayu Hitam, maklum  banyak bawaan yang harus diangkut. Kamipun begitu, memakai jasa taksi  hingga Ke UUM di Sintok, Kedah, Malaysia. Naik taksi terasa lebih enteng karena mencop passport cukup melalui sopir taksi saja untuk diulurkan ke petugas.  Kemudian  petugaspun memeriksa barang  di bagasi sekedarnya. Juga dengan  menunjukan kartu mahasiswa UUM, kami langsung dipersilakan lewat.

        Untuk diketahui, Hatyai merupakan  wilayah Thailand paling selatan, berbatasan langsung dengan Malaysia. Sementara jarak tempuh ke ibukota Thailand, Bangkok  dari sini  berjarak 924 km (12  jam perjalanan darat). Itu sebabnya bila weekend kota ini  ramai oleh  tetamunya dari Malaysia Utara, termasuk mahasiswa UUM. Gerbang UUM sendiri hanya 9 Km  dari kawasan perbatasan.
      Jujur,  begitu  mengarah ke UUM dari Changloon  saya serasa masuk ke kawasan hutan. Walau jalanannya besar  dan mulus dua jalur,  kawasan ini terasa sepi. Kalaupun ada perumahan dan kafe  itupun tak seberapa. Berkelabat di pikiran, kenapa putriku betah kuliah disini?
    Belum lagi pertanyaan  itu terjawab  sebuah gerbang tinggi  dengan pertamanan yang  asri lengkap dengan petugas keamanannya menoleh ke taksi yang kami tumpangi. Lagi lagi putri saya menunjukkan kartu mahasiswanya hingga kami diperbolehkan masuk menuju komplek UUM, perguruan tinggi negeri terbesar di negeri jiran Malaysia ini.
    Dugaan saya tentang UUM yang sepi, UUM yang yang  tersisih UUM yang jauh dari keramaian  tertepis sudah begitu  gedung gedung asrama, gedung perkuliahan, gedung pertemuan dan aneka bangunan lainnya  yang tertata rapi dengan pertamanannya  tampak dipelupuk mata.  Ibaratnya UUM telah menjadi sebuah perkotaan baru ditengah hijaunya  hutan Sintok.
        Arealnya mencapai 1061 Ha, hampir separuh kota Padang Panjang, dengan jumlah mahasiwa sekitar 32 ribu orang.  Setidaknya ada 15 komplek asrama besar disini, semuanya dibangun oleh perusahaan nasional Malaysia. Nama perusahaan inilah yang diabadikan menjadi nama  asramanya. Diantaranya, Proton, Petronas, Sime  Darby, May Bank, TNB (perusahaan listrik), MAS (Malaysia Alrlines) dan lainnya. Selain itu  ada apartement yang bisa ditempati mahasiswa.
    Tiap asrama dilengkapi hall, dapur, lapangan olahraga, kafe bahkan  ada juga yang dilengkapi dengan surau ataupun mesjid.  Hanya saja dapur dapat dipakai bila ada acara khuhus, misalnya berbuka puasa bersama. Intinya masiswa tidak diizinkan memasak. Banyak kafe yang menyedikan  makanan  murah untuk mahasiswa. Nasi ayam plus sayur dan air mineral  umpamanya ,  bisa dibeli hanya  4 ringgit (1 ringit = Rp. 3100). Sedangkan aneka jus dijual seharga  1,5 ringgit.
     Pada dasarnya UUM ditengahi oleh sungai Sintok yang mengalir tepat membagi dua keseluruhan area ini. Untuk memudahkan akses pelajarnya, setengah area dikhususkan untuk areal gedung perkuliahan, perpustakaan, canselori, gadung fakultas, dan banyak gedung-gedung konvensyen. Sementara, setengah bagiannya lagi dikhususkan untuk areal asrama pelajar, dilengkapi dengan Varsity Mall, Masjid Sultan Badlishah dengan kapasitas hingga 5000 orang, pusat kebudayaan lengkap dengan studio musik, studio tari, studio radionya. Juga sebuah pusat kegiatan pelajar yang hampir selalu ramai hingga 24 jam, sebagai tempat diskusi bagi mahasiswa. Sebuah taman rusa, dan dua buah tasik juga semakin melengkapi keasrian UUM secara keseluruhan.
      Bus kampus Unicliner pun selalu beroperasi non-stop dari pukul 7 pagi hingga pukul 11 malam, berputar-putar di sekeliling kampus serta ke Changloon, khusus pada sore harinya mengantarkan mahasiswa ke pusat perbelanjaan terdekat di luar UUM.
      Berdiri   sebagai perguruan tinggi negeri ke enam pada tahun 1984 lalu,  UUM  dengan canselor  Yang Dipertuan Agong, Tuanku Abdul Halim Mu’adzam Shah berhasil menebar magnet  bagi  mahasiswa antar bangsa, untuk kuliah disini. Sebut saja  India,  Indonesia, China,  Turki, Arab,  Brazil,  serta dari Eropa.
   Walau terdiri dari banyak suku bangsa, toleransi dan rasa kebersamaan mereka cukup tinggi.  Soal berpakaian, UUM  hanya menerapkan  pakaian baju kurung basiba bagi  Melayu Malaysia, dan  baju  berupa baju kerja bagi mahasiswa lainnya. Sementara bagi lelaki tidak dibolehkan memakai celana berbahan jeans, hanya kemeja plus dasi, celana bahan kain dengan sepatu lokak. Intinya mahasiswa dipersiapkan untuk dunia kerja, hingga pakaianpun harus diperhitungkan.
    Selain punya rumah sakit sendiri untuk melayani civitas UUM,  sarana olahraganya pun tak tanggung tanggung,  lapangan golf dengan 9 lobang, bowling, berkuda, stadiun,  lapangan sepak bola, futsal, lapangan tenis dan bulu tangkis outdoor dan indoor, go-kart, sepeda, gym, basket, volley, kanu, jungle trekking, kolam renang standar internasional sampai sampai ke sauna. Semuanya bisa dinikmati secara gratis.
    Kurang apalagi, perpustakaan  Sultanah  Bahiyah pun merupakan  perpustakaan terbesar di Malaysia  menyediakan buku, jurnal dan audio visual. Tak ayal  UUM dengan jenjang pendidikan sarjana muda (setara S-1 Indonesia), S-2 dan S-3  dengan 3  collage, masing masing COB (Collage of  Business), CAS (Collage of  Art and Science), serta COLGIS (Collage of  Law, Government, and International Studies), baru baru ini dinobatkan sebagai  Top Business School oleh kementrian pendidikan  tinggi Malaysia.
    Ada banyak  ruang pertemuan di UUM, terbesar ada dewan Mu’adzam Shah dengan kapasitas 5000 orang. Hanya acara acara besar saja yang digelar di gedung ini. Salah satunya  wisuda  7669 orang mahasiswa S-1 hingga S-3 yang diwisuda 6 hingga 10 Oktober lalu.  Season I untuk wisuda 132 orang S-3 dihadiri langsung Yang Dipertuan Agong, Tuanku Abdul Halim Mu’adzam Shah, rajanya Malaysia. Sedangkan wisuda berikutnya dihadiri putrinya Tunku Puteri Intan Safinaz  sebagai Pro-Canselor UUM.
       Acara yang ditata sedemikan apik dan hikmatnya  membuat saya bahagia bisa hadir diantara ribuan orang tua wisudawan saat itu.  Wisuda diawali dengan membacakan ayat suci Alqur,an  Lanjutnya lagu  kebangsaan Malaysia  dan hanya satu sambutan  Tunku Puteri Intan Safinaz dan penyerahan ijazah.  Wisuda atau convocation diselingi dengan penampilan  lagu, music  nusantara oleh mahasiswa UUM dari  dua pentas disisi panggung.
    Diluar hall Mu’adzam Shah pedagang kembang dan aneka aksesoris berbentuk boneka yang umumnya dijual  sebagai  ungkapan suka citaan  bagi para wisudawan  tampak sibuk melayani pembeli. Konon, ini adalah moment yang dinanti nanti oleh para pedagang termasuk mahasiswa yang berjiwa bisnis. Tak hanya itu  sebuah lokasi sekitar 300 meter depan tempat wisuda, ada kawasan yang dinamakan tapak konvo, pelataran luas ini pagi hingga malam  penuh  oleh stand  menyajikan aneka  dagangan, industry   dan kuliner.
          Ada dua pangung raksasa sebagai wadah  bagi mahasiswa menyalurkan bakatnya dalam berkesenian. Mereka tampil bergantian dengan   artis Malaysia, seperti Faizal Tahir, 6ixth Sense, Adira AF, grup nasyid Firdaus, Iwan dan lainnya. Inilah hebatnya UUM, sebesar apapun  acara dihelat tak menelorkan kebijakan libur bagi mahasiswa.
      Melihat kemeriahan acara, serta  dekorasi dewan Muadzam Shah, saya jadi  tersenyum sendiri membayangkan betapa megahnya ASEAN Youth Community Festival (AYCF), November 2011 lalu, dimana putri saya Rahma Mutiara Jeyhan dipercaya sebagai ketua pelaksananya. Acara yang waktu itu dihadiri  KJRI Penang, konsulat  Brunei dan  petinggi UUM serta mahasiswa dari berbagai negara itu juga disempurnakan dengan  grand dinner  dengan menyuguhkan  masakan Thailand, Indonesia dan Malaysia. Tempatnya persis disini, di Mu’adzam Shah. (yetti harni)